(Resume Mata Kuliah Morfologi)
Konstruksi Kata
Dosen Pengampu : Diana Mayasari M. Pd
Oleh : Thaoqid Nur Hidayat (166031)
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI Jombang 2016 C
1.
Hakikat Kata
Menurut para tata bahasawan tradisional kata adalah bahasa yang
memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua
buah spasi dan mempunya satu arti.
Bomfield memberikan batasan terhadap kata. Menurutnya kata adalah
satuan bebas terkecil(a minimal free form). Kelompok Bomfield melihat
bahwasanya melihat hierarki bahasa sebagai : fonem, morfem, dan kalimat. Sedangkan
kelompok tata bahasa tradisional melihat hierarki bahasa sebagai : kata, dan
kalimat.
Chomsky yang mengembangkan tata bahasa Generatif menyatakan kata
adalah dasar analisis kalimat, hanya menyaikan kata itu dengan simbol-simbol V
(verba), N (Nomina), A (Adjektiva), dsb.
2.
Pembentukan Kata
Pembentukan kata merupakan suatu proses membentuk kata melalui proses morfemis untuk
dapat digunakan dalam kaliamat atau pertuturan tertentu. Setiap bentuk dasar
(base) harus dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal. Dalam
pembentukan kata terdapat 2 sifat, yakni inflektif dan derivartif.
a.
Inflektif
Inflektif merupakan perubahan bentuk kata (dalam bahasa fleksi)
yang menunjukkan berbagai hubungan gramatikal. Alat yang digunakan untuk
penyesuaian bentuk ini biasanya berupa afiks, (prefiks, infiks, atau sufiks)
atau juga berupa modifikasi internal yang perubahan yang terjadi di dalam
bentuk dasar itu.
Perubahan atau penyesuaian bentuk pada verba disebut Konyugasi.
Sedangkan perubahan atau penyesuaian bentuk pada nomina dan adjektiva disebut Deklinasi.
b.
Derivatif
Berbeda
dengan inflektif yang tidak membentuk kata baru, atau kata lain yang berbeda
identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini berbeda dengan
pembentukan kata derivatif atau derevasional. Pembentukan kata secara derevatif
membentuk kata baru, kata yang identitas leksikanya tidak sama dengan kata
dasarnya. Umpamanya dari kata inggris sing
“menyanyi” bentuk kata singer
“pennyanyi”.
Jadi
jika dilihat perubahan kata atau perekontruksian kata berfariasi pembentukannya
dan mengalami proses yang sangat banyak.
3.
Jenis-jenis morfem
Penjenisan morfem memiliki 4 istilah yang biasa digunakan dalam
kajian morfologi. 4 istilah tersebut adalah morfem dasar, bentuk dasar, pangkal
dan akar. Berikut ini penjelasan terperinci mengenai 4 hal tersebut:
a.
Morfem Dasar
Isitlah morfem dasar biasanya digunakan sebagai dikotomi dengan
morfem afiks. Jadi, bentuk bentuk seperti (juang), (kucing), dan (sikat) adalah
morfem dasar.
Morfem dasar dapat dapat menjadi sebuah bentuk dasar atau dasar
(base) dalam suatu proses morfologi. Artinya, bisa diberi afiks tertentu dalam
prosese afiksasi, bisa diulang dalam suatu proses reduplikasi, atau bisa
digabung dengan morfem lain dalam suatu proses komposisi.
b.
Bentuk Dasar
Istilah bentuk dasar biasanya digunakan untuk menyebut sebuah
bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Bentuk dasar ini dapat
berupa morfem tunggal, tetapi dapat juga berupa gabungan morfem.
Seperti contoh kata : Berbicara
Berbicara terdiri dari morfem ber- dan bicara. Bicara ini menjadi
bentuk dasar dari kata berbicara. Ternyata kebetulan menjadi morfem dasar.
c.
Pangkal (stem)
Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam
poses infleksi, atau proses pembubuhan afiks inflektif. Contohnya adalah kata :
Books. Pangkal kata dari Books adalah ‘book’. Sedangkan dalam bahasa Indonesia
adalah kata : Menangisi. Dimana bentuk pangkalnya adalah tangisi; dan morfem
me- adalah sebuah afiks inflektif.
d.
Akar
Istilah akar (root) digunakan untk menyebut bentuk yang tidak dapat
dianalisis lebih jauh lagi. Artinya, akar itu adalah bentuk yang tersisa
setelah semua afiksnya (baik afiks infleksional maupun afiks derivasionalnya)
ditanggalkan.
Contohnya adalah kata : Untouchables.
Akarnya adalah touch. Prosese pembentukan kata untouchables itu
adalah:
-
Mula
mula pada akar touch dilekatkan sufiks able menjadi touchable
-
Dilekatkan
prefiks un- menjadi unctouchable
-
Akhirnya
diberikan akhiran –s sehingga menjadi untouchables.
Daftar pustaka
1.
Chaer,
Abdul; 2012; Linguistik Umum; Jakarta: Rineka Cipta