Selasa, 09 Januari 2018

Morfologi : Reduplikasi

Nama   : Thaoqid Nur Hidayat
NIM    : 166031
Prodi   : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

REDUPLIKASI
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Menurut Ramlan (1978:19) morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan kata dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumahan dari bentuk dasar rumah. Kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kata ulang jalan–jalan dibentuk dasar berjalan, kata ulang bolak-balik dari bentuk dasar balik.
Setiap kata ulang sudah tentu memiliki bentuk dasar. Kata-kata seperti sia-sia, alun-alun, mondar-mandir, compang-camping, huru-hara, dalam tinjauan deskriptif tidak dapat digolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak ada satuan yang diulang. Dari deretan  morfologik dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata-kata tersebut. Deretan morfologik antara lain: pertemuan, penemuan, bertemu, ketemu, ditemukan, menemukan, mempertemukan dan sebagainya. Tidak semua kata ulang dapat dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya. Dari pengamatan, dapatlah dikemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar bagi kata ulang yaitu pertama pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata,maksudnya bahwa bentuk dasar bagi kata ulang itu harus sesuai dengan golongan kata tersebut. Kedua bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa.    
Dengan ringkas dapatlah dikatakan bahwa proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.



Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari pembahasan masalah dalam makalah ini ialah segala sesuatu yang berkenaan dengan pengertian-pengertian proses pengulangan atau reduplikasi menurut beberapa para ahli diantaranya ialah: menurut KBBI (2008:1153), menurut Hasan Alwi (2003), menurut M.Ramlan (2009:65), menurut Soedjito (1995:109), menurut Muslich (1990:48), menurut Harimurti Kridalaksana (2007:12). Selanjutnya membahas masalah ciri-ciri proses pengulangan atau reduplikasi, menentukan bentuk dasar kata ulang, macam-macam proses pengulangan atau reduplikasi dan membahas masalah pembagian dari proses pengulangan atau reduplikasi. Selain itu makalah ini juga membahas contoh-contoh dari kata ulang, contoh dari bentuk dasar kata ulang dan contoh proses pengulangan atau reduplikasi itu sendiri.



PEMBAHASAN

Pengertian Proses Pengulangan atau Reduplikasi
      Ada beberapa pengertian reduplikasi atau  proses pengulangan menurut pakar kebahasaan yaitu:
1.      Menurut KBBI (2008:1153) Proses pengulangan atau reduplikasi adalah proses atau hasil perulangan kata atau unsur kata, seperti kata rumah-rumah, tetamu, bolak-balik.
2.      Menurut Hasan Alwi (2003) reduplikasi atau perulangan adalah proses pengulangan kata atau unsur kata. Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun sebagian. Contohnya adalah "anjing-anjing", "lelaki", "sayur-mayur" dan sebagainya.
3.      Menurut M.Ramlan (2009:65) Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagian nya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Contoh: rumah-rumah, berjalan-jalan, bolak-balik dan sebagainya.
4.      Menurut Soedjito (1995:109) Pengulangan adalah proses pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Contoh: sakit-sakit, gerak-gerik, bermain-main dan sebagainya.
5.      Menurut Masnur Muslich (1990:48) Proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afik maupun tidak. Contoh: gunung-gunung, menari-nari, gerak-gerik dan sebagainya.
6.      Menurut Harimurti Kridalaksana (2007) Proses pengulangan atau reduplikasi adalah proses pengulangan kata, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan menggunakan variasi fonem maupun tidak. Contoh: lari-lari, luntang-lantung, leluhur dan sebagainya.

Dalam bahasa Indonesia, reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukkan kata, disamping afiksasi, komposisi, dan akronimisasi. Selain itu, pengertian dari reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian baik dengan variasi fonem atau tidak. Hasil pengulangan itu disebut dengan kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.
The mechanism of reduplication and manner in which copies can differ from each other have been a foundational concern in theoritical and descrivtive linguistics over the past twenty-five years. Yang artinya mekanisme reduplikasi dan cara dimana salinan dapat berbeda satu sama lain telah menjadi perhatian mendasar dalam linguistik teoritis dan deskriptif selama dua puluh lima tahun terakhir. (Sharon inkelas and Cheryl zoll. 2005. Reduplication Doubling in Morphology. UK: the press syndicate of the university of cambridge.)



Ø   JENIS-JENIS REDUPLIKASI
1.      Reduplikasi Fonologis
Di dalam reduplikasi fonologis tidak terjadi perubahan makna, karena pengulangannya hanya bersifat fonologis artinya bukan atau tidak ada pengulangan leksem. Contohnya adalah dada, pipi, kuku, paru-paru. Contoh-contoh itu termasuk bentuk reduplikasi fonologis, karena bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari leksem da, pi, ku, dan paru.
2.      Reduplikasi Morfemis
Dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatikal atas leksem yang diulang, sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata.
3.      Reduplikasi Sintaksis
Proses yang terjadi atas leksem yang menghasilkan satuan yang berstatus klausa. Contoh : Jauh-jauh, didatangi juga rumah sahabat lamanya itu.  Asam-asam, dimakannya juga mangga itu.

  • reduplikasi fonologis — pengulangan fonem tanpa terlalu banyak mengubah arti dasar
  • reduplikasi morfologis — pengulangan morfem, misalnya: papa, mama
  • reduplikasi sintaktis — pengulangan morfem yang menghasilkan klausa, contoh "malam-malam pekerjaan itu dikerjakannya", artinya "walau sudah malam hari, pekerjaan itu tetap dikerjakannya"
  • reduplikasi gramatikal — pengulangan fungsional dari bentuk dasar yang meliputi reduplikasi morfologis dan sintaksis
  • reduplikasi idiomatis — atau 'kata ulang semu', adalah pengulangan kata dasar yang menghasilkan kata baru, contoh "mata-mata" artinya agen rahasia. Lihat pula: Kata Indonesia yang selalu dalam bentuk terulang
  • reduplikasi non-idiomatis — pengulangan kata dasar yang tidak mengubah makna dasar, contoh "kucing-kucing"
Menurut bentuknya, reduplikasi nomina dapat dibagi menjadi empat kelompok
  • perulangan utuh, contoh: rumah-rumah
  • perulangan salin suara, contoh: warna-warni
  • perulangan sebagian, contoh: surat-surat kabar
  • perulangan yang disertai pengafiksan, contoh: batu-batuan
Menurut artinya, reduplikasi dapat dibagi menjadi berikut:
  • Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut benda), contoh: meja-meja
  • Kata ulang berubah bunyi yang memiliki makna idiomatis, contoh: bolak-balik
  • Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut proses), contoh: melihat-lihat
  • Bentuk ulang yang seolah-olah merupakan kata ulang (kata ulang semu), contoh: kupu-kupu
  • Bentuk ulang dwipurwa, contoh: dedaunan





DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, S. Takdir. 1980. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.
Keraf, Gorys. 1980. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.
Muslich, Masnur. 1990. Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tata Bahasa Deskriptif. Malang: YA 3 Malang.
Rustamaji. 2005. Panduan Belajar SMA Kelas 3. Jakarta: Primagama.
Sepeno.1982. Inti Bahasa Indonesia. Solo: Depdikbud.
Solichi, Mansur. 1996. Hand-Out Morfologi. Malang: IKIP Malang.
Soedjito. 1995. Morfologi Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang.


Morfofonemik

TUGAS RESUME
MORFOFONEMIK
Oleh: Thaoqid Nur Hidayat  (166031)
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Morfofonemik
Morfofonemik adalah telaah umum mengenai bidang kebersamaan antara bunyi dan bentuk kata. Dalam morfofonemik tidah hanya menelaah bunyi tunggal berserta varian-varian di dalamnya melainkan juga menelaah bunyi-bunyi rangkap berserta varian-variannya (Heatherington; 1980:47). Untuk lebih jelasnya lagi “morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.”(Ramlan, 1987:73).
Berbicara mengenai proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia, maka ada tiga hal penting yaitu, a). Proses perubahan fonem, b). Proses penambahan fonem, c). Proses penanggalan fonem.
1)      Proses Perubahan Fonem
Dalam kajian bahasa Indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem yang terkait dalam proses morfologi yaitu:
2)      Proses Penambahan Fonem
Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi yaitu dalam prefiksasi ber-, me-, pe-, per-, dan konfiksasi per-an, serta sufiksasi –an.
a)      Prefiksasi ber-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks ber- berupa:
1.      Pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber- itu terjadi apabila bentuk dasar yang diimbuhi mulai dengan fonem r/r atau suku kata pertama bentuk dasarnya /er/. Misalnya,
1).  Ber + renang     = berenang
2).  Ber+ cermin      = becermin
2.      Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar.
1). Ber + ajar           = Belajar
3.      Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber- tetap /r/ apabila bentuk dasarnya selain contoh pada no 1 dan 2 di atas
1). Ber + main         = Bermain
2). Ber + obat          = Berobat
b)      Prefiksasi me- termasuk klofiks me-kan dan me-i
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks  me- berupa:
1. Pengekalan fonem artinya tidak ada perubahan ataupun pengurangan maupun penambahan. Hal ini terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /r, l, w, y, m, n, ng, dan ny/. Contoh
1). Me + nanti         = menanti
2). Me + nyanyi      = menyanyi
2. Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/. Penambahan fonem nasal /m/ apabila bentuk dasarnyadimulai dengan konsonan /b/ dan /f/. Contoh
1). Me + baca          = Membaca
2). Me + fitnah        = Memfitnah
Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /d/. Contoh.
1). Men + daki        = Mendaki
2). Me + duga         = Menduga
Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /g, h, kh, a, i, u, e, dan o/. Contoh.
1). Me + hina          = Menghina
2). Me + elak           = Mengelak
Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya terdiri dari satu kata. Misalnya.
1). Me + tik             = Mengetik
2). Me + cat             = Mengecat
3. Peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diumbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai denga konsonan bersuara /s, k, p, dan t/.  Dalam hal ini konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal/ng/, konsonan /p/ diluluhkan denga nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/. Contoh
1). Me + sisir           = Menyisir
2). Me + kirim         = Mengirim
3). Me + pilih          = Memilih
c)      Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe-an
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks pe- dan konfiks pe-an yaitu,
1. Pengekalan fonem yang terjadi apabila bentuk dasarnya diawali konsonan /r, l, w, y, m, n, ng, dan ny/. Contoh
                                       pelatih
1). Pe + latih
                                       Pelatihan
                                       perawat
2). Pe + rawat
                                       Perawatan
2. Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/ antara prefiks dan bentuk dasar. Contoh
                                       pembaca
1). Pe + baca
                                       Pembacaan
                                       pendengar
2). Pe + dengar
                                        Pendengaran
                                       pengangkat
3). Pe + angkat
                                       Pengangkatan
                                       pengebom
4). Pe  + bom
                                       Pengeboman

d)     Sufiksasi –an
Morfofonemik dalam pengimbuhan sufiks –an dapat berupa,
1. Pemunculan fonem ada tiga macam fonem yang dimunculkan dalam pengimbuhan ini, yaitu fonem /w/, /y/, dan /?/. pemunculan fonem /w/ terjadi apabila sufks –an di imbuhkan pada bentuk dasar yang berakhiran vokal /u/. Contoh.
1).  Pandu + an          = panduwan
2). Satu + an              = satuwan
Sistem ejaan bunyi /w/ pada contoh tidak dituliskan, dalam literatur lain bunyi /w/ disebut bunyi pelancar (glinder)
Pemunculan fonem /y/ terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /i/. Misalnya.
1). Hari + an              = hariyan
2). Tari + an               = tariyan
Pemunculan fonem /?/ glotal terjadi apabila sufik-an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berkahiran vokal /a/. Contoh.
1). Dua + an              = (ber) dua?an
2). Baca + an             = baca?an
2. Pergeseran fonem, terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhiran dengan sebuah konsonan. Dalam pergeseran ini, konsonan tersebut bergeser membentuk suku kata baru. Contoh.
1). Jawab + an           = ja-wa-ban
2). Kenang + an         = ke-na-ngan
e)      Prefiksasi ter-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks ter berupa.
1. Pelepasan fonem, yang akan terjadi apabila ter itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /r/. Misalnya.
1). Ter + rasa                  = terasa
2). Ter + rangkum          = terangkum
2. Perubahan fonem /r/ pada prefiks ter menjadi fonem /l/ apabila prefiks ter- diimbuhkan pada bentuk dasar anjur. Contoh.
1). Ter + anjur    = terlanjur
3. Pengekalan fonem /r/ terjadi apabila prefiks ter- tidak mendapat imbuhan seperti fonem pada contoh a dan b di atas. Contoh.
1). Ter + baca     = terbaca
2). Ter + manis   = termanis
3)      Bentuk Nasal dan Tak Bernasal
Hadir dan tidaknya bunyi nasal dalam pembentukan kata bahasa Indonesia sangat erat berkaitan dengan tiga hal, yaitu: a). Tipe verba; b). Upaya pembetukan kata sebagai istilah; dan c). upaya pembelajaran makna tertentu.
a.       kaitan dengan tipe verba, dalam bahasa Indonesia ada empat macam tipe verba dalam kaitannya dengan proses nasalisasi yaitu, a). Verba berprefiks me- (termasuk me-kan dan me-i); b). Verba me- dengan pangkal per-, per-kan, dan per-i); c). verba berprefiks ber-; dan c). verba dasar
AFIKS
NASAL
FONEM AWAL BENTUK DASAR
Me-
Me-kan
Me-i
1. O
2. m
3. n
4. ny
5. ng
6. nge
L, r, w, y, m, n, ny, ng
B, p, f
D, t
S, c, j
K, g, h, kh, a, i, u, e, o
Eka suku
Jadi, bunyi nasal tidak akan muncul bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /l, r, w, y, m, n, ny, dan ng/.
Kaidah penasalan untuk verba yang berprefiks me- yang bentuk dasarnya berupa pangkal prefiks per-, per-kan dan per-l (dengan nomina bentuk pe- dan pe-an yang diturunkanny) adalah sebagai berikut:
1. Fonem /p/ sebagai fonem awal pada dasar yang berupa pangkal per-, per-kan, dan per-l tidak diluluhkan dengan nasal /m/ bila diimbuhi prefiks me-, karena fonem /p/ itunadalah sebagian dari prefiks pe- yang menjadi dasar pembentukan. Contoh:
1). Me + perpendek = memperpendek
2). Me + persingkat  = mempersingkat
2. Nomina pelaku yang diturunkan dari verba memper- bersifat potensial dan nomina hal/proses bersifat aktual menggunakan bentuk per-an. Contoh:
1). Memperpendek   -> perpendekan
2). Mempersingkat   -> persingkatan
3. Nomina pelaku yang diturunkan dan verba memper-kan atau memper-l adalah bentuk pemer-; ada yang aktual ada yang masih potensial. Contoh.
1). Mempersatukan -> pemersatu
2). Mepertahankan   -> pemertahan
4. Nomina hal/proses yang diturunkan dari verba memper-kan atau memper-l bentuk pemer-an. Contoh.
1). Mempersatukan  -> pemersatu
2). Memperlengkapi -> pemerlengkapan
Pembentukan nomina pelaku berprefiks pe- dan nomina hal yang berprefiks per-an tidak muncul nasal.
1). Bekerja               -> pekerja        -> pekerjaan
2). berdagang           -> pedagang    -> perdagangan

b.      Kaitan dengan upaya pembentukan istilah, dalam istilah petinju yang diturunkan dari verba bertinju sebagai profesi. Sedangkan dibuat istilah dalam bidang olahraga lainnya seperti petembak (bukan penembak), petenis (bukan penenis) bila dilihat bentuk-bentuk tersebbut sebernarnya menurut kaidah penasalan haruslah bernasal. Namun, sebagai istilah yang dibuat secara anlogi tidak diberi nasal.
c.       Kaitan dengan upaya semantik, Untuk memberi makna tertentu bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal. Umpamanya, bentuk , mengkaji dalam arti ‘meneliti’  dibedakan dengan bentuk mengaji yang berarti ‘membaca Al-Quran; bentuk pengrajin dalam usaha ‘usaha kegiatan di rumah’, dibedakan dengan pengrajin dalam arti ‘orang yang rajin’; dari bentuk pengrumahan dalam arti ‘pemecatan dari pekerjaan’, dibedakan dengan bentuk perumahan yang berarti ‘kompleks/kelompok rumah’.
Sementara itu, tanap perbedaan semantik, pasangan kata dengan peluluhan fonem awal bentuk dasar dan dengan yang tanpa peluluhan lazim digunakan orang secara bersaingan.
-. Mensukseskan               -. Menyukseskan
-. Mengkonsumsi              -. Mengonsumsi
-. Mempengaruhi              -. Memengaruhi

-. Mentertawakan             -. Menertawakan.