Selasa, 09 Januari 2018

Morfofonemik

TUGAS RESUME
MORFOFONEMIK
Oleh: Thaoqid Nur Hidayat  (166031)
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Morfofonemik
Morfofonemik adalah telaah umum mengenai bidang kebersamaan antara bunyi dan bentuk kata. Dalam morfofonemik tidah hanya menelaah bunyi tunggal berserta varian-varian di dalamnya melainkan juga menelaah bunyi-bunyi rangkap berserta varian-variannya (Heatherington; 1980:47). Untuk lebih jelasnya lagi “morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.”(Ramlan, 1987:73).
Berbicara mengenai proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia, maka ada tiga hal penting yaitu, a). Proses perubahan fonem, b). Proses penambahan fonem, c). Proses penanggalan fonem.
1)      Proses Perubahan Fonem
Dalam kajian bahasa Indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem yang terkait dalam proses morfologi yaitu:
2)      Proses Penambahan Fonem
Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi yaitu dalam prefiksasi ber-, me-, pe-, per-, dan konfiksasi per-an, serta sufiksasi –an.
a)      Prefiksasi ber-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks ber- berupa:
1.      Pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber- itu terjadi apabila bentuk dasar yang diimbuhi mulai dengan fonem r/r atau suku kata pertama bentuk dasarnya /er/. Misalnya,
1).  Ber + renang     = berenang
2).  Ber+ cermin      = becermin
2.      Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar.
1). Ber + ajar           = Belajar
3.      Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber- tetap /r/ apabila bentuk dasarnya selain contoh pada no 1 dan 2 di atas
1). Ber + main         = Bermain
2). Ber + obat          = Berobat
b)      Prefiksasi me- termasuk klofiks me-kan dan me-i
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks  me- berupa:
1. Pengekalan fonem artinya tidak ada perubahan ataupun pengurangan maupun penambahan. Hal ini terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /r, l, w, y, m, n, ng, dan ny/. Contoh
1). Me + nanti         = menanti
2). Me + nyanyi      = menyanyi
2. Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/. Penambahan fonem nasal /m/ apabila bentuk dasarnyadimulai dengan konsonan /b/ dan /f/. Contoh
1). Me + baca          = Membaca
2). Me + fitnah        = Memfitnah
Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /d/. Contoh.
1). Men + daki        = Mendaki
2). Me + duga         = Menduga
Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /g, h, kh, a, i, u, e, dan o/. Contoh.
1). Me + hina          = Menghina
2). Me + elak           = Mengelak
Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya terdiri dari satu kata. Misalnya.
1). Me + tik             = Mengetik
2). Me + cat             = Mengecat
3. Peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diumbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai denga konsonan bersuara /s, k, p, dan t/.  Dalam hal ini konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal/ng/, konsonan /p/ diluluhkan denga nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/. Contoh
1). Me + sisir           = Menyisir
2). Me + kirim         = Mengirim
3). Me + pilih          = Memilih
c)      Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe-an
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks pe- dan konfiks pe-an yaitu,
1. Pengekalan fonem yang terjadi apabila bentuk dasarnya diawali konsonan /r, l, w, y, m, n, ng, dan ny/. Contoh
                                       pelatih
1). Pe + latih
                                       Pelatihan
                                       perawat
2). Pe + rawat
                                       Perawatan
2. Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/ antara prefiks dan bentuk dasar. Contoh
                                       pembaca
1). Pe + baca
                                       Pembacaan
                                       pendengar
2). Pe + dengar
                                        Pendengaran
                                       pengangkat
3). Pe + angkat
                                       Pengangkatan
                                       pengebom
4). Pe  + bom
                                       Pengeboman

d)     Sufiksasi –an
Morfofonemik dalam pengimbuhan sufiks –an dapat berupa,
1. Pemunculan fonem ada tiga macam fonem yang dimunculkan dalam pengimbuhan ini, yaitu fonem /w/, /y/, dan /?/. pemunculan fonem /w/ terjadi apabila sufks –an di imbuhkan pada bentuk dasar yang berakhiran vokal /u/. Contoh.
1).  Pandu + an          = panduwan
2). Satu + an              = satuwan
Sistem ejaan bunyi /w/ pada contoh tidak dituliskan, dalam literatur lain bunyi /w/ disebut bunyi pelancar (glinder)
Pemunculan fonem /y/ terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /i/. Misalnya.
1). Hari + an              = hariyan
2). Tari + an               = tariyan
Pemunculan fonem /?/ glotal terjadi apabila sufik-an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berkahiran vokal /a/. Contoh.
1). Dua + an              = (ber) dua?an
2). Baca + an             = baca?an
2. Pergeseran fonem, terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhiran dengan sebuah konsonan. Dalam pergeseran ini, konsonan tersebut bergeser membentuk suku kata baru. Contoh.
1). Jawab + an           = ja-wa-ban
2). Kenang + an         = ke-na-ngan
e)      Prefiksasi ter-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks ter berupa.
1. Pelepasan fonem, yang akan terjadi apabila ter itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /r/. Misalnya.
1). Ter + rasa                  = terasa
2). Ter + rangkum          = terangkum
2. Perubahan fonem /r/ pada prefiks ter menjadi fonem /l/ apabila prefiks ter- diimbuhkan pada bentuk dasar anjur. Contoh.
1). Ter + anjur    = terlanjur
3. Pengekalan fonem /r/ terjadi apabila prefiks ter- tidak mendapat imbuhan seperti fonem pada contoh a dan b di atas. Contoh.
1). Ter + baca     = terbaca
2). Ter + manis   = termanis
3)      Bentuk Nasal dan Tak Bernasal
Hadir dan tidaknya bunyi nasal dalam pembentukan kata bahasa Indonesia sangat erat berkaitan dengan tiga hal, yaitu: a). Tipe verba; b). Upaya pembetukan kata sebagai istilah; dan c). upaya pembelajaran makna tertentu.
a.       kaitan dengan tipe verba, dalam bahasa Indonesia ada empat macam tipe verba dalam kaitannya dengan proses nasalisasi yaitu, a). Verba berprefiks me- (termasuk me-kan dan me-i); b). Verba me- dengan pangkal per-, per-kan, dan per-i); c). verba berprefiks ber-; dan c). verba dasar
AFIKS
NASAL
FONEM AWAL BENTUK DASAR
Me-
Me-kan
Me-i
1. O
2. m
3. n
4. ny
5. ng
6. nge
L, r, w, y, m, n, ny, ng
B, p, f
D, t
S, c, j
K, g, h, kh, a, i, u, e, o
Eka suku
Jadi, bunyi nasal tidak akan muncul bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /l, r, w, y, m, n, ny, dan ng/.
Kaidah penasalan untuk verba yang berprefiks me- yang bentuk dasarnya berupa pangkal prefiks per-, per-kan dan per-l (dengan nomina bentuk pe- dan pe-an yang diturunkanny) adalah sebagai berikut:
1. Fonem /p/ sebagai fonem awal pada dasar yang berupa pangkal per-, per-kan, dan per-l tidak diluluhkan dengan nasal /m/ bila diimbuhi prefiks me-, karena fonem /p/ itunadalah sebagian dari prefiks pe- yang menjadi dasar pembentukan. Contoh:
1). Me + perpendek = memperpendek
2). Me + persingkat  = mempersingkat
2. Nomina pelaku yang diturunkan dari verba memper- bersifat potensial dan nomina hal/proses bersifat aktual menggunakan bentuk per-an. Contoh:
1). Memperpendek   -> perpendekan
2). Mempersingkat   -> persingkatan
3. Nomina pelaku yang diturunkan dan verba memper-kan atau memper-l adalah bentuk pemer-; ada yang aktual ada yang masih potensial. Contoh.
1). Mempersatukan -> pemersatu
2). Mepertahankan   -> pemertahan
4. Nomina hal/proses yang diturunkan dari verba memper-kan atau memper-l bentuk pemer-an. Contoh.
1). Mempersatukan  -> pemersatu
2). Memperlengkapi -> pemerlengkapan
Pembentukan nomina pelaku berprefiks pe- dan nomina hal yang berprefiks per-an tidak muncul nasal.
1). Bekerja               -> pekerja        -> pekerjaan
2). berdagang           -> pedagang    -> perdagangan

b.      Kaitan dengan upaya pembentukan istilah, dalam istilah petinju yang diturunkan dari verba bertinju sebagai profesi. Sedangkan dibuat istilah dalam bidang olahraga lainnya seperti petembak (bukan penembak), petenis (bukan penenis) bila dilihat bentuk-bentuk tersebbut sebernarnya menurut kaidah penasalan haruslah bernasal. Namun, sebagai istilah yang dibuat secara anlogi tidak diberi nasal.
c.       Kaitan dengan upaya semantik, Untuk memberi makna tertentu bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal. Umpamanya, bentuk , mengkaji dalam arti ‘meneliti’  dibedakan dengan bentuk mengaji yang berarti ‘membaca Al-Quran; bentuk pengrajin dalam usaha ‘usaha kegiatan di rumah’, dibedakan dengan pengrajin dalam arti ‘orang yang rajin’; dari bentuk pengrumahan dalam arti ‘pemecatan dari pekerjaan’, dibedakan dengan bentuk perumahan yang berarti ‘kompleks/kelompok rumah’.
Sementara itu, tanap perbedaan semantik, pasangan kata dengan peluluhan fonem awal bentuk dasar dan dengan yang tanpa peluluhan lazim digunakan orang secara bersaingan.
-. Mensukseskan               -. Menyukseskan
-. Mengkonsumsi              -. Mengonsumsi
-. Mempengaruhi              -. Memengaruhi

-. Mentertawakan             -. Menertawakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar