Selasa, 09 Januari 2018

Hubungan Morfologi dengan Ilmu Kebahasaan Lain

(Resum Mata Kuliah Morfologi)
Hubungan Morfologi dengan Ilmu Kebahasaan Lainnya.
Dosen Pengampu: Diana Mayasari, M. Pd

Oleh: Thaoqid Nur Hidayat (166031)
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI Jombang 2016 C

A. Hakikat Morfologi.
Bahasa dapat dikaji dalam Ilmu Linguistik, yang memang secara umum dalam Linguistik membahas tentang bahasa dan strukturnya. Jika berbicara mengenai Ilmu Kebahasaan, terdapat struktur intern bahasa dengan berbagai faktor diluar bahasa dalam objek kajiannya, diantara lain ada Mikrolinguistik dan Makrolinguistik. Morfologi merupakan struktur intern dari mikrolinguistik, morfologi sendiri membicarakan tentang seluk beluk kata. (Kridalaksana, 1993:142) berpendapat bahwa morfologi merupakan bagian dari struktur bahasa yang mencankup kata dan bagian-bagian kata, yakni morfem. Atau bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 1985:19).

B. Tataran Linguistik Morfologi.
Di dalam tataran bidang linguistik, morfologi merupakan bagian kedua yang dipelajari setelah mempelajari fonologi. Tataran linguistik pada bidang morfologi terdapat 4 aspek diantaranya:
a) Morfem, ialah satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna.
b) Kata, ialah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian.
c) Proses Morfemis, ialah proses-proses yang membicarakan kata dalam morfologi. Di dalam proses morfologis terdapat proses Afiksasi (imbuhan), Reduplikasi (pengulangan), Komposisi (penggabungan), Konversi (pembentukan kata menjadi kata lain), Modifikasi Internal (pembentukan kata dengan penambahan unsur), Suplesi (modifikasi internal secara total), Pemendekan (penanggalan bagian-bagian leksem).
d) Morfofonemik, ialah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu morfologis.
C. Hubungan Morfologi dengan Ilmu Kebahasaan Lainnya.
Jika berbicara tentang Morfologi, tentu saja pasti terdapat sangkut paut terhadap ilmu kebahasaan lainnya entah itu fonologi, sintaksis, semantik ataupun leksikologi. Berikut adalah hubungan bidang morfologi dengan ilmu kebahasaan lainnya:
a) Hubungan Morfologi dengan Fonologi
Morfologi bagian dari kajian lingustik Morfologi mempelajari seluk beluk bentuk kata. Sedangkan fonologi Mempelejarai bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal kata sering memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {pukul} diucapkan secara bervariasi antara [pukUl] dan [pUkUl] serta diucapkan [pukulan] setelah mendapa­t proses morfologis dengan penambahan morfem sufiks {-an}. Di dalam bidang morfologi terdapat Morfofonemik atau Morfofonologi, yaitu peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis. Perubahan fonem padam proses morfofonemik ini dapat berwujud: (1) pemunculan fonem, (2) pelepasan fonem, (3) peluluhan fonem, (4) perubahan fonem dan (5) pergeseran fonem.

b) Hubungan Morfologi dengan Sintaksis
Morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut dengan tata bahasa atau gramatika. Di dalam bidang sintaksis, munculah istilah Morfosintaksis yang merupakan gabungan dari morfologi dan sintaksis.
Sementara sintaksis  menyelidiki struktur satuan bahasa yang lebih besar dari kata, mulai dari frase hingga kalimat. Dengan kata lain, sintaksis merupakan studi gramatikal struktur antarkata, atau tegasnya menyelidiki seluk-beluk frase, klausa, kalimat, dan wacana. Jadi, kata dalam morfologi merupakan satuan yang paling besar sedangkan dalam sintaksis merupakan satuan yang paling kecil.  Perhatikan kalimat di bawah ini!
Gadis itu memamerkan baju baru.
*Struktur intern setiap kata pada kalimat di atas dibicarakan dalam morfologi, misalnya:
-kata gadis terdiri dari satu morfem,
-kata itu terdiri dari satu morfem,
-kata memamerkan terdiri dari tiga morfem, yaitu:
meN-, pamer, dan –kan,
kata baju terdiri dari satu morfem, dan
kata baru terdiri dari satu morfem.
*Struktur antarkata dalam kalimat di atas dibicarakan dalam bidang sintaksis, misalnya:
-frase gadis itu sebagai subjek,
-kata memamerkan sebagai predikat, dan
-frase baju baru sebagai subjek.
Jika dilihat dari unsur-unsurnya yang berupa kata atau pokok kata , tentu saja kata  majemuk seperti di atas itu termasuk bidang sintaksis, tetapi jika dilihat bahwa satuan-satuan itu mempunyai sifat sebagai kata maka tentu saja pembicaraannya termasuk morfologi.

c) Hubungan Morfologi dengan Semantik
Morfologi yaitu cabang ilmu bahasa yang membahas tentang kata. Contohnya: 1. Exis Eksis, 2. EXSIS EKSIS. Dari contoh no 2 secara bahasa itu salah, tetapi secara sastranya itu benar. Perbedaan bahasa dengan sastra yaitu, bahasa berdasarkan proses sedangkan sastra berdasarkan historis atau sejarah. Jadi, hubungan semantik dengan morfologi yaitu dimana kata tersebut mempunyai makna tersendiri. Morfologi menyelidiki struktur intern kata. Satuan yang paling kecil yang diselidiki oleh morfologi adalah morfem, sedangkan yang paling besar berupa kata.

d) Hubungan Morfologi dengan Leksikologi
Sama-sama mempelajari arti kata. Perbedaannya ialah bahwa morfologi mempelajari arti yang timbul sebagai akibat peristiwa gramatik (arti gramatik) atau makna, sedangkan Leksikologi mempelajari arti yang lebih kurang tetap terkandung pada kata, atau yang lazim disebut sebagai arti leksikal .
Contoh
:
Rumah = Bangunan untuk tempat tinggal
Berumah = ‘Mempunyai rumah’, ‘diam’, ‘tinggal’
            Pada contoh arti leksikal dan pemakian kata tersebut dibicarakan dalam leksikologi. Ada persamaan antara leksikologi dengan morfologi, yaitu mempelajari masalah arti, namun terdapat perbedaan diantara keduanya itu.
E) Hubungan Morfologi dengan Leksikografi
            Leksikografi memperlajari seluk beluk kata, yaitu mempelajari perbendaharaan kata dalam suatu bahasa, mempelajari pemakaian makna kata serta artinya seperti dipakai oleh masyarakat. Leksikografi dan morfologi mempelajari masalah arti, tetapi morfologi mempelajari arti yang timbul sebagai akibat peristiwa gramatik, sedangkan leksikografi mempelajari arti yang terkandung dalam kata, atau disebut arti leksikal.
F) Hubungan Morfologi dan Etimologi
            Morfologi dan etimologi sama sama menyelidiki seluk beluk bentuk kata. Tetapi morfologi hanya menyelidiki peristiwa peristiwa umum, peristiwa yang berturut-turut terjadi, yang dapat dikatakan merupakan system dalam bahasa. Sedangkan etimologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk asal sesuatu kata secara khusus.


Proses Morfologi: Afiksasi

C. Proses Morfologis

Proses morfologis adalah proses pembentukan kata dari suatu bentuk dasar menjadi suatu bentuk jadian. Proses ini , meliputi afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi (pemajemukan). Perlu ditegaskan terlebih dahulu tiga istilah pokok dalam proses ini, Yaitu kata dasar, bentuk dasar, dan unsur langsung.

1.      Kata dasar adalah kata yang belum berubah, belum mengalami proses morfologis, baik berupa proses penambahan imbuhan, proses pengulangan, maupun proses pemajemukan.
2.      Bentuk dasar adalah bentuk yang menjadi dasar dalam proses morfologis, dapat berupa kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan dapat pula berupa kata majemuk.
3.      Unsur langsung adalah bentuk dasar dan imbuhan yang membentuk kata jadian.

1 Afiksasi

Dalam tata bahasa tradisional afiks disebut imbuhan, yaitu morfem terikat yang dapat mengubah makna gramatikal suatu bentuk dasar. Misalnya me- dan -kan, di- dan -kan, yang dapat mengubah arti gramatikal seperti arsip menjadi mengarsipkan, diarsipkan. Proses penambahan afiks pada sebuah bentuk dasar atau kata dasar inilah yang disebut afiksasi.
a.      Jenis-jenis afiks
Afiks atau imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata - entah di awal, di akhir, di tengah, atau gabungan dari antara tiga itu - untuk membentuk kata baru yang artinya berhubungan dengan kata yang pertama.

·         Prefiks (awalan) : ber-, se-, me-,di-, pe-,ke-, per-, ter-
·         Infiks (sisipan) : -em-, -el-, -er-, -in-
·         Sufiks (akhiran) : -i, -kan, -an
·         Konfiks (awalan atau akhiran) : me-i, me-kan, ber-an, ber-kan, pe-an, per-an, per-kan, dll.
·         Kombinasi afiks: memper-, memper-i, memper-kan, dll.

b.      Macam-macam afiksasi
Nasalisasi (Kaidah KTSP = kata-kata yang diawali dengan fonem /k/, /t/, /s/, atau /p/) adalah proses mengubah atau memberi nasal pada fonem-fonem. Proses ini dikenal dengan kaidah KTSP. Prosesnya sebagai berikut.
No.
Afiksasi
Contoh
1
Afiksasi (me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an) + kata dasar huruf pertama K, T, S, P yang diiringi huruf vokal (a, i, u, e, o) sehingga huruf K, T, S, P lesap/luluh.
1.      me- + pesona = memesona, me- + suci = menyuci, me- + kunci = mengunci, me- + tempa = menempa. Jika kata tersebut diberi imbuhan pe- bentukannya pemesona, penyuci, pengunci.
2.      me-kan + terjemah = menerjemahkan, me-kan + pukul = memukulkan, me-kan + sebar = menyebarkan, me-kan + kunci = menguncikan. Jika kata tersebut diberi imbuhan pe-an maka bentukannya penerjemahan, pemukulan, penyebaran.
2
Afiksasi (me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an) + kata dasar huruf pertama K, T, S, P yang diiringi huruf konsonan, huruf K, T, S, P tidak lesap.
1.      me- + proses = memproses, me- + kritik = mengkritik, me- + traktir = mentraktir, me- + sketsa = mensketsa. Jika kata tersebut diberi imbuhan pe- bentukannya pemproses, pengkritik, pentraktir, pensketsa.
2.      me-kan + praktik = mempraktikkan, me-kan + khusus = mengkhususkan. me-kan + syarat = mensyaratkan, me-kan + standar = menstandarkan. Jika kata tersebut mendapat imbuhan pe-an maka bentukannya pempraktikan, pengkhususan, pensyaratan, penstandaran.
3
Afiksasi (me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an) + kata dasar bersuku kata satu maka me- menjadi menge-, menge-i, menge-kan, penge-, penge-an
me- + bom = mengebom, me- + cor = mengecor, me- + tik = mengetik. Jika kata tersebut diberi imbuhan pe- maka bentukannya pengebom, pengecor, pengetik.Me-kan + bom = mengebomkan, me-kan + cor = mengecorkan, mekan
+ tik = mengetikkan. Jika kata tersebut diberi imbuhan pe-an maka bentukannya pengeboman, pengecoran, dan pengetikan.
4
Afiksasi (me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an) + kata dasar yang berhuruf awal vokal (a, i, u, e, o), akan mendapat /ng/.
me- + ungkap = mengungkap, me- + ajar = mengajar, me- + ambil = mengambil. Jika kata tersebut mendapat imbuan pe- bentukannya pengungkap, pengajar, dan pengambil.

Prefiks pe- bernasal dan pe- tak bernasal
Nasal adalah bersangkutan dengan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan mungeluarkan udara melalui hidung. Prefiks pe- bernasal adalah kata dasar yang berawalan pe mendapat fonem nasal /m, n, ny, ng/. Prefiks pe- tak bernasal adalah kata dasar yang berawalan pe tidak mendapat fonem nasal.
Kata dasar
Pe- bernasal
Makna
Pe- tak bernasal
Makna
tembak
penembak
orang yang
menembak
petembak
orang yang
ditembak
suruh
penyuruh
orang yang
menyuruh
pesuruh
orang yang
disuruh
tatar
penatar
orang yang
menatar
petatar
orang yang
ditatar

Prefiks me- sejajar dengan pe- dan ber- sejajar dengan per-
Contoh:

1.      Mukim > memukimkan> pemukiman (proses). Mukim> bermukim> permukiman (tempat). Pemukim (orang yang bermukim) bukan permukim
2.      Dagang > mendagangkan (apa?) > pendagangan (proses). Dagang > berdagang > perdagangan (tempat) Pedagang (orang yang berdagang) bukan pendagang atau perdagang
3.      Tatar > menatar > penataran (proses), Tatar > bertatar > pertataran (tempat)

Menggunakan me-i dan me-kan dalam kalimat
Konfiks me-i dan me-kan digunakan dalam kalimat haruslah disesuaikan dengan ketentuan sebagai berikut.

1.      Kelogisan, yaitu apakah kata bentukan me-i dan me-kan yang berfungsi sebagai predikat logis jika diiringi dengan objek tertentu.
2.      Jika logis, objek yang menyertai kata bentukan me-i haruslah orang dan objek yang menyertai kata bentukan me-kan haruslah benda.

Contoh:

1.      Andika memasukkan kelas. (Tidak logis karena Andika memasukkan kelas yang ruangannya besar ke dalam sakunya). Seharusnya Andika memasuki kelas.
2.      Presiden menganugerahi bintang jasa kepada Gubernur Sumatera Barat. (Salah karena objeknya benda). Seharusnya, Presiden menganugerahi Gubernur Sumatera Barat sebuah bintang jasa atau presiden menganugerahkan bintang jasa kepada Gubernur Sumatera Barat.
3.      Husni menghindarkan lobang di jalan itu untuk menyelamati kendaraannya. (Salah). Seharusnya, Husni menghindari lobang di jalan. itu untuk menyelamatkan kendaraannya.
2. Afiks, Sufik, Konfik Fungsi, dan Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang berubah-ubah sesuai dengan konteks pemakainya. Kata ini sudah mengalami proses gramatikalisasi, baik pengimbuhan, pengulangan, ataupun pemajemukan.




a. Afiks

Afiks
Fungsi Membentuk
Makna Gramatikal
Contoh
me-
kata kerja aktif,
transitif, dan
aktif taktransitif
melakukan perbuatan
menjadi
menuju ke-
mencari
menangis, menembak, mencari
memerah, memutih, menguning
mengudara, mendarat, melaut
merotan, mendamar
pe-
kata benda
alat untuk
mempunyai sifat
pembalut, pemukul, pengering
pembohong, pembual, pembersih
ber-
kata kerja aktif
taktransitif
mempunyai
memakai
mengerjakan sesuatu
berteman, beribu, bernama
bersepeda, berbaju, bercelana
berkebun, berladang, berlari
per-
kata kerja
membuat lebih
menganggap
persempit, perpendek, perpanjang
pertuan, perbudak,
ter-
kata kerja pasif
tidak sengaja
dapat di
terseret, tertidur, terserempet
terangkat, teraih, terlempar
se-
kata keterangan
satu
seluruh
seekor, sebuah, sebatang
sedesa, sekelurahan, sekampung
di-
kata kerja pasif
menyatakan pekerjaan
yang telah selesai
disebar, diambil, ditulis
ke-
kata benda/bilangan
yang di-
bilangan tingkat
kesukaan, kesayangan, kekasih
kesatu, ketiga, keempat, ketujuh
b.Sufiks
Sufiks
Fungsi Membentuk
Makna Gramatikal
Contoh
-an
kata benda
hasil pekerjaan
kumpulan
tiap-tiap
tulisan, hiasan, lukisan
daratan, lautan, himpunan
mingguan, bulanan, harian
-kan
kata kerja imperative
membuat jadi
membawa
merahkan, hijaukan, ramaikan
terbangkan, larikan, dekatkan
-i
kata kerja imperative
menyatakan tempat
berulang-ulang
jauhi, dekati,
pukuli, ciumi, lempari
c. Konfiks
Konfiks
Fungsi Membentuk
Makna Gramatikal
Contoh
ke-an
kata benda
menunjukkan tempat
dikenai
bersifat seperti
kesultanan, kelurahan
kedinginan, kepanasan
kekanak-kanakan
pe-an
kata benda
menyatakan proses
menyatakan tempat
peleburan, penguapan,
pembuangan, pembakaran
per-an
kata benda
tempat ber-
hasil
perkumpulan, persemaian
perikanan, pertanian
per-kan
kata kerja
jadikan supaya
perbantukan, perkenalkan
per-i
kata kerja
supaya jadi
persetujui, perbaiki, perbarui
me-kan
kata kerja
menganggap seperti
kausatif
mengharuskan, membudakkan
melebarkan
me-i
kata kerja transitif
kausatif
benefaktif
menerangi, mengotori
menganugerahi
ber-kan
kata kerja
memakai
berdasarkan, beralaskan
ber-an
kata kerja intransitif
saling
berlarian, berterbangan
ter-an
kata kerja
dapat dilakukan
terselesaikan, terbantahkan
ter-i
kata kerja
dapat dilakukan
terlempari, terpukuli
di-kan
kata kerja pasif
menjadi
dijauhkan, dilebarkan
di-i
kata kerja pasif
menjadi
ditangisi, dijuhi, didekati